SIKAP

0

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan

Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

KEEP DREAM KEEP ACTION

0

Einstein mengatakan bahwa: “Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“.

Sekarang ini banyak selogan yang dikeluarkan oleh banyak orang yang topiknya seolah membius kita: “Stop Dreaming Start Action“. Saya mengatakan bahwa slogan itu sepenuhnya tidak benar.

Mengapa? Coba kita bayangkan, segala sesuatu yang Anda jalani saat ini adalah tidak lepas dari ‘dream’ atau mimpi Anda entah beberapa tahun yang lalu kan?

Sejarah pesawat terbang yang menjadi angkutan favorit saat ini berawal dari sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Thomas Alfa Edison juga menemukan bolam lampu dari mimpi besar dia untuk menerangi dunia.

Jadi totally kita semua harus tetap memupuk mimpi-mimpi besar kita untuk membuat perubahan yang membantu terwujudnya dunia yang lebih maju dan bermanfaat bagi orang banyak.

Jadi dua cara untuk untuk menjalani kehidupan ini dan keduanya benar.

1. Dengan penuh keajaiban karena kita menyerahkan totally kepada Kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan

2. Dengan biasa-biasa saja, karena yaaa… memang beginilah kehidupan ini.

Dan semua orang jika ditanya, mereka justru akan memilih nomor 1, karena secara fitrah (suci) kita semua adalah ciptaan-ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk selalu dekat denngan-Nya.

Jadi, mari kita jalani kehidupan ini dengan penuh ajaib, dengan selalu bersyukur setiap apa yang kita dapatkan.

AKU

0

Tak bias aku mendiskripsikan siapakah aku karena sampai saat ini pun aku belum dapat mengenali seperti apa diriku. Tapi satu hal yang ku mengerti, ku bukan mahluk yang sempurna. Aku hanya manusia yang tak luput dari dosa dan kekhilafan yang mungkin Anda pernah menjadi korban. Aku hanya mahluk yang hanya bisa mengeluh walau hanya dengan sedikit ikhtiyar dan do’a. Aku takkan mungkin kuasa atas semua cobaan yang pernah datang silih berganti padaku tanpa bantuan dari Allah SWT. Aku takkan mungkin bisa merubah semua takdir yang ada dengan kuasaku sendiri. Aku hanyalah manusia yang lemah. Yang hanya bias minta pertolongan kepada sang Khaliq. Tapi itu semua tak menyurutkan cita-cita dan ambisiku untuk terus maju dan berjuang, tetap semangat mepertahankan kehidupan untuk kelak di dunia masa tua dan untuk akhirat yang kekal dan abadi. Semua ini adalah atas kekuasaan-Nya, aku masih tetap bias berjuang dan terus berjuang untuk selalu membela agamanya yang kini aku anut untuk kebenaran hidupku. Aku adalah seorang yang selalu tak pernah merasa puas dengan nikmat yang telah aku dapatan. Terutama nikmat ilmu yang kini telah merajalela ke seluruh dunia. Aku takkan pernah puas untuk terus menggalinya karena aku sadar hanya 0,000000 % ilmu yang ada di otakku kini. Aku adlah manusia yang lemah, yang kadang juga bias menyerah, bisa merasa putus asa karena aku lelah menjalani coaan yang ku ragukan kemampuanku. Tapi aku segera sadar akan itu semua, aku segara bangkit dari keterpuruka itu. Aku sadar bahwa Allah tidak akan pernah memberikan cobaan di luar kemamuan hamba-Nya. Dan akhir kata karena sudah malam dan aku mulai emerasa ngantuk serta laptop pinjeman juga udah mulai panas…maka hanya bisa ku akhiri dengan sedikit semangat yang hanya ku persembahkan untukmu (ciehhhhh………!! :D). JANGAN PERNAH MENYERAH TUK JALANI HIDUP INI!!!.YAKINLAH BAHWA KAMU SELALU BISA!!.

ARTIS VS WARTAWAN

0

“Siap action!”. Itulah suara yang mengisyaratkan bahwa sahabatku Afiki telah memulai menjalani pekerjaannya sebagai seorang artis. Hampir setiap syuting aku Syamuel Rizal, S.E sebagai manajer sekaligus sebagai sahabatnya, selalu ada di lokasi kerjanya.
Sahabatku yang mempunyai nama lengkap Afiki Nitinegoro ini, telah mendapatkan berbagai macam penghargaan sejak ia mendapatkan peran utama dari suatu film garapan Sutradara Hanung Bramantiyo. Ia juga pernah meraih Piala Oscar 2008 kategori artis muda berbakat. Itulah yang membuatku sebagai manajernya merasa bangga. Dan sejak saat itu pula, ia mulai disibukkan dengan berbagai aktifitas. Ia juga harus menyelesaikan studi di Universitas Nusantara, Kediri.
Usia Afiki, kini telah menginjak 20 tahun. Dan di usianya yang bisa dibilang masih muda itu, ia telah mendapatkan dua kali penghargaan.
“Syam, cuaca syuting kali ini, nggak mendukung banget ya?”, gerutu Afiki.
“Iya Fik, mendung.”, jawabku singkat.

Memang suasana saat itu sedang turun hujan dengan lebat. Aktifitas syuting pun terganggu. Saat itu Afiki sedang menjalani perannya dalam film “Cinta Itu Gila” yang disutradarai oleh Andrea Hirata. Ia mendapat peran utama dengan Bunga Cikrak Lestari, seorang artis yang sedang naik daun pula.
“Syam, kita cari makan yuk!!! Aku laper banget nih !”, ajak Afiki kepadaku untuk mencari makan.
“Kau sudah minta izin ke Sutradaramu?”, tanyaku kepadanya.
“Sudah, tadi. Ayolah !”. Ajaknya lagi.
Tidak ada kata lain selain mengiyakan ajakannya, karena sebenarnya akupun juga merasa lapar. Kami pun bergegas pergi mencari tempat untuk makan siang, karena pada saat itu Afiki sedang istirahat. Setelah kami menemukan tempat untuk makan, kami segera memesan makanan, agar kami bisa bergegas kembali ke lokasi syuting.
Makanan di depan kami pun telah habis dan kami bergegas ke lokasi syuting, agar Afiki bisa bekerja kembali. Setelah sampai di lokasi, ternyata tak lama kemudian syuting pun dimulai. Afiki kembali melakoni perannya. Dan aku kembali menjalani aktifitasku yang lain. Karena aku tak hanya menjadi manajer bagi Afiki saja.
* * *

Aku merasakan, Afiki sangat menganggapaku ini sebagai sahabatnya. Ia seringkali menceritakan kehidupannya kepadaku. Mulai dari masalah manajemen sampai masalah pribadinya. Afiki pernah bercerita kepadaku tentang masalah dengan kekasihnya Cynthia Aenur Ramlan yang katanya kini mulai merenggang. Kesibukan masing – masinglah yang membuat komunikasi antara mereka menjadi semakin jarang, disamping jarak yang memisahkan mereka.
Aenur sedang menjalani study di luar negeri. Ia telah lama disana. Ia berpisah dengan Afiki setelah penghargaan kedua didapatkan. Aku dengar Aenur akan pulang ke Indonesia dalam mengisi liburannya.
Sama halnya dengan artis - artis terkenal lainnya, wartawan pun juga mengincar Afiki. Mereka juga mendengar dan mengetahui bahwa Afiki telah lama menjalin hubungan dengan Aenur. Para wartawan itu juga mencium kerenggangan hubungan antara Afiki dengan Aenur.

* * *
Hari ini, seperti biasanya Afiki menjalani pekerjaan yang telah membuat ia terkenal. Syuting kali ini selesai lebih cepat dari biasanya. Dan pada waktu itu, ketika Afiki hendak bersiap – siap pulang, wartawan infotainment dari berbagai penjuru datang mengepungnya. Berbagai masalah dan pertanyaan pun diajukan kepada Afiki.
“Fik, bisa wawancara sebentar ?”, sahut salah satu wartawan memulai perbincangan.
“Bisa”, jawab Afiki singkat.
“Sekarang kamu lagi syuting film apa nih ?”, cetus wartawan lain.
“Oh, aku lagi ngebintangin film Cinta Itu Gila garapan Mas Andrea Hirata”, jawab Afiki.
“Oh iya Fik, saat ini kan banyak artis yang memulai karir mereka dalam dunia tarik suara, kamu nggak ingin seperti mereka?”, serobot wartawan lain.
“Nggak dulu deh, aku masih ingin ngelakoni peranku dan fokus di dunia perfilman”, jawab Afiki meyakinkan.
“Fik, gimana kabar Aenur ? kok lama nggak kelihatan bareng ?”, tanya wartawan dengan santai.
“Dia baik saja, kan Aenur masih di luar negeri”, jawab Afiki agak ketus.
“Denger – denger, Aenur hamil ya ?”, salah satu wartawan menyerobot dengan pertanyaan itu. Belum sempat Afiki menjawab pertanyaan itu, wartawan lain menambahi dengan pertanyaan yang membuat amarah Afiki memuncak.
“Apa Aenur ke luar negeri untuk menutupi kehamilannya?”, itulah pertanyaan yang membuat jawaban Afiki menjadi sengit.
“Maksud pertanyaan kalian apa, siapa yang memberitakan berita seperti itu ? Berita itu tidak ada benarnya sama sekali”, darahtinggi Afiki mulai muncul.
“Tapi berbagai media mengatakan itu, Fik !”, bela wartawan itu.
“Kalian semua jangan mengada – ada”. Afiki pun tak dapat menahan emosinya.
“Ah fik, katakan aja pada kami kalau memang Aenur hamil”, desak wartawan lagi.
Kini emosi Afiki tidak dengan kata – kata lagi. Darah tingginya sudah mencapai puncak. Ia mulai mengamuki para wartawan itu. Perlakuannya pada wartawan sudah tidak patut lagi. “Braakk !!”, suara bantingan kamera itu menjadi detik – detik awal persengketaan antara Afiki dengan para wartawan. Afiki juga melontarkan kata – kata yang bisa dibilang tidak sopan kepada para wartawan. “ Brengsek kalian !!! Kalian memang pecundang, pembawa masalah. “, hantam Afiki dengan kata – kata itu dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Para wartawan itu sangat tersinggung terhadap perkataan dan perlakuan Afiki itu. Hingga Rosanis Silalahi melaporkan Afiki kepada pihak kepolisian.
Masalah ini semakin meruncing. Aku sebagai manajernya mau tidak mau harus masuk dalam masalah ini. Ditambah aku ini juga sebagai sahabat dekat Afiki. Peranku bertambah sebagai pendukung dan memotivasi agar tetap tenang. Dan kini, Afiki harus absen syuting untuk mengurusi masalah yang semakin rumit ini. Hingga dari pihak kepolisian menyatakan bahwa Afiki harus menjalani sidang.

* * *
Berita masalah antara Afiki dengan Sanis itu tersebar luas dengan sangat cepat. Tak ada media yang melewatkan berita semacam itu. Dari Koran, radio, televisi sampai internet pun memuatnya. Dari kedua belah pihak, Afiki dan Sanis saling berusaha membela diri masing – masing ketika media datang untuk meminta keterangan kepada mereka.
“Afiki tidak sepenuhnya bersalah. Dia melakukan hal seperti itu, karena telah merasa dihina oleh para wartawan. Dia juga merasa bahwa privasinya telah dicampuri oleh wartawan terlalu jauh”, tutur Elsa Asma’ul Syarif, S.H selaku pengacara Afiki.
Berbeda lagi dengan penuturan Na’im Sitompul, S.H. “Sanis dan wartawan juga manusia. Mereka mencari berita sebagai pekerjaan mereka, untuk hidup mereka. Walaupun saudara Afiki tersinggung, seharusnya ia tidak melakukan hal seperti itu. Toh, tanpa wartawan pun, Afiki tidak akan menjadi terkenal seperti sekarang ini”. Berbagai argumen dan pembelaan telah dilontarkan oleh kedua belah pihak, dan masalah inipun semakin memanas. Hingga Aenur yang berada diluar negeri mendengar masalah ini. Akhirnya ia memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia.
Pengacara dari kedua belah pihak disibukkan dengan tugas mereka. Asma’ul, seseorang yang sangat dipercayai Afiki sebagai pengacaranya itu, sibuk kesana kemari untuk dapat memenangkan kasus ini. Memang selama ini Asma’ul selalu menang dalam setiap kasus. Ia juga diakui handal oleh kliennya dalam menangani berbagai kasus. Na’im pun tidak kalah dengan Asma’ul. Ia juga seorang pengacara handal, yang dipercayai oleh Sanis. Na’im juga mempersiapkan saksi – saksi yang diyakini dapat membantunya.
Hari tak terasa telah berganti. Besok Afiki, Asma’ul dan aku harus menghadiri sidang. Sidang itu diadakan di Gedung Matrix, Kediri Pusat.

* * *
Esoknya, kedua belah pihak sudah berada dalam ruang sidang. Setelah beberapa lama menunggu, Hakim pun memulai persidangan itu. Syaichul Budi Yudoyono, S.H pemimpin sidang kali ini telah mengeluarkan kata – katanya. Hakim Syaichul meminta agar masing- masing dari kami mengajukan saksi.
“Saya melihat sendiri saudara Afiki membanting kamera milik wartawan, dia juga mengatakan perkataan yang tidak baik kepada saudari Sanis”, tutur saksi dari pihak Sanis.
Sudah banyak saksi yang dikeluakan dari pihak Sanis, kini giliran saksi dari pihak kami. Sebenarnya, saksi yang paling bisa memberatkan pihak lawan adalah Aenur. Tapi dia kini tidak ada dalam ruang persidangan. Entah, dia akan datang atau tidak. Saksi dari pihak kami telah menuturkan apa yang seharusnya mereka tuturkan. Dan kini, saatnya kami menunggu keputusan hakim Syaichul memberikan keputusannya. Kami semua menunggu keputusan itu dengan suasana sinis, saling merasa menang satu sama lain.
“Saya memutuskan, agar kalian berdamai. Kalian sama – sama salah dan kesalahan kalian seimbang. Kalian semua juga saling melecehkan”. Hakim Syaichul memutuskan perkara ini.
“Tidak bisa! Pihak kami sudah menjelaskan bahwa saudara Afiki lebih melecehkan kami!”, berontak Na’im, pengacara dari Sanis.
Asma’ul, pengacara dari pihak kami, sebenarnya sudah menyetujui apa keputusan hakim. Tapi karena pihak lawan terus memberontak, kami pun tidak mau kalah.
Aku sudah lelah dengan percecokan ini. Untuk itu, aku meratakan pendanganku. Bola mataku berhenti, aku tertuju pada seseorang yang sangat aku kenal. “Aenur !”, ya, itu memang dia. “Kapan dia datang ?”. Aku bertanya – tanya dalam hati. Bergegas aku menghampirinya tanpa Afiki, karena Afiki telah tenggelam dalam percekcokan itu.
“Aenur ! Kapan kamu datang ?, “Aku nggak lihat kedatanganmu.”, sapaku padanya.
“Iya, aku sudah lumayan lama mengikuti persidangan ini”, jawabnya.
“Tapi aku benar – benar nggak liat kedatanganmu”, jawabku lagi.
“Memang, kalian semua kan sedang sibuk dengan masalah ini”, jawabnya singkat.
“Ya sudahlah, itu nggak penting.”sahutku.
Dia tidak berkata apa – apa lagi.Aku bingung harus berbuat apa. Karena aku tidak terlalu mengenalnya, hanya saja dulu Afiki pernah memperkenalkannya padaku. Dan itu pun hanya sekali. Aku teringat akan suasana sidang yang sudah dari tadi terasa panas. Dan aku juga teringat saksi yang bisa memberatkan pihak lawan.
“Apa kau tak ingin membantu Afiki ?”,tanyaku tiba – tiba pada Aenur.
“Memang aku bisa membantu apa ?”, jawab Aenur.
“Kau hanya perlu jadi saksi bagi Afiki”, jawabku singkat.
“Apa yang harus aku katakan ? Aku tidak tahu apa – apa ?”, jawabnya lagi.
“Kau pasti tau khan, apa yang dikatakan para wartawan itu pada Afiki tentangmu?”, tanyaku menggebu.
“Iya, aku tahu”, singkat dia menjawab.
“Kau hanya perlu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padamu”, aku berusaha meyakinkannya.
“Okelah kalau begitu”, jawabnya ragu.
Mendengar jawaban Aenur, aku sangat senang dan langsung memberitahu Asma’ul agar mengajukan saksi sekali lagi. Asma’ul pun langsung menyetujuiku. Afiki mengetahui bahwa Aenur ada dalam ruangan ini, dan ia tahu aku sudah berbicara pada Aenur. Ia hanya tersenyum padaku, tapi tak berdiri untuk menemui kekasihnya itu. Entah malu atau apalah aku tak tahu. Setelah Asma’ul menyetujuiku, dia langsung memohon kepada hakim Syaichul agar masalah ini cepat selesai. Hakim Syaichul mengizinkannya, Aenur langsung menyatakan kesaksiannya.
“Pernyataan para wartawan tentang kehamilan saya itu tidak benar. Itu semua tanpa alasan yang jelas. Memang selama ini saya tidak menampakkan diri di hadapan media. Itu bukan karena saya berbadan dua. Melainkan karena saya harus studi di luar negeri permintaan orang tua saya”. Kesaksian Aenur membuat hatiku sangat lega, tak beda dengan apa yang kulihat di wajah Afiki. Matanya berbinar – binar bahagia menatap Aenur. Lain lagi dengan hakim. Aku tak dapat membaca pikirannya. Entah dia akan memutuskan apa nanti. Tapi yang jelas, kami semua di sini berharap – harap cemas dengan keputusan itu.
Setelah sekian lama kami larut dalam keheningan. Satu suara yang sangat kami tunggu – tunggu itu, memecahkan dunia hening kami.
“Tok . . .tok . . .tok!!,”saya putuskan bahwa pada kasus kali ini saudara Afiki tidak bersalah”. Itulah deret rangkaian kata dengan alunan suara palu sang hakim yang melunturkan segala kecemasan dari pihak kami, pihak Afiki.
Pihak wartawan hanya bisa diam menerima kekalahan ini. Mereka tak dapat lagi membantah ketuk palu Hakim.
Sidang telah bubar, Afiki yang sedari tadi diam dan tersenyum, kini mulai mengeluarkan kata – katanya. Ia meminta kepada pengacaranya, Asma’ul, untuk mengajak pihak Sanis berdamai.
“Bu Asma’ul, saya usulkan bagaimana kalau kita mengajak berdamai pihak Sanis ?”, usul Afiki.
“Saya sangat setuju tentang ituAfiki”, jawab Asma’ul kelihatan yakin.
“Kalau begitu, mari kita temui mereka !”, ajak Afiki kepada pengacaranya.
“Baiklah, ayo”, jawab Asma’ul.
Kami pihak dari Afiki berbondong – bondong menemui pihak Sanis untuk mengajak berdamai. Tak ketinggalan, Aenur juga ikut dalam rombongan kami. Karena ialah bahan persengketaan antara kami. Berita tak benar itu pun juga dituduhkan kepadanya.
“Pengacara Na’im, dari pihak kami, ingin mengajukan perdamaian kepada kalian. Kami ingin masalah ini tidak menyisakan dendam”. Kalimat demi kalimat telah keluar dari pengacara Afiki. Sepertinya ajakan untuk berdamai itu diterima dengan baik oleh pihak Sanis. Walaupun itu semua setelah melakukan perundingan yang cukup rumit bagi mereka.
“Dari pihak kami, memang merasa bersalah dan kami menerima ajakan perdamaian kalian”. Kata bijak dari pengacara Sanis mengakhiri percekcokan kali ini. Masalah ini telah selesai. Tapi, apakah ada masalah lain???!
“Terima kasih ya Ae”, satu ucapan dari Afiki yang merupakan awal perbincangan mereka.
“Iya, sama – sama Fik”. Jawab Aenur.
“Kapan kamu pulang, kenapa nggak ngabarin aku dulu ?”, tanya Afiki.
“Aku baru kemarin pulang. Aku takut ngganggu kamu. Kamu kan lagi ada masalah”, jawab Aenur meyakinkan.
“O……..”, jawab Afiki sangat singkat.
Sejenak, mereka berdua terdiam membisu. Aku melihat pemandangan dingin itu.
“Fik, aku pulang dulu ya ?”, masih banyak pekerjaan lain”, kataku sembari menyalami Afiki dan bergegas pergi.
“Kau nggak bareng aku ?”, tanya Afiki mencegah.
“Nggak Fik”, jawabku tegas.
“Ya sudahlah”, kata Afiki dengan lesu.
“Kau bukannya harus mengantar Aenur pulang ?”, tanyaku memojokkannya.
“Oh, iya”, semakin lesu Afiki menjawab.
“Kenapa kau nggak pulang sekarang aja Fik, bareng Syam ?”, tanya Aenur tiba – tiba.
“Tidak Ae, Afiki biar sama kamu aja. Soalnya aku ada urusan.” Jawabku.
“Iya Ae, nggak apa – apa kok. Lagian kan kamu tadi kesini sama sopir dan sekarang sopir kamu sudah pulang”, malas Afiki menjawab.
“Ya udah aku pulang dulu”, sahutku.
“Iya”, jawab mereka bersamaan.
Aku pergi meninggalkan mereka berdua. Dari kejauhan, mereka tampak terdiam. Tapi, aku bisa merasakan itu akan segera berakhir.
“Fik, aku minta maaf”, tiba – tiba Aenur memulai percakapan.
“Maaf untuk apa Ae ?”, tanya Afiki.
“Aku lama nggak ngabarin kamu”, jawab Aenur seraya tertunduk.
“O…….aku juga minta maaf tentang itu”, balas Afiki.
Kulihat dari kejauhan, perbincangan itu semakin hangat. Cerita lalu Afiki kini ditelan oleh kehangatan suasana itu. Aku kali ini benar – benar pergi meninggalkan mereka. Aku beri kebebasan pada mereka. Entah apapun yang terjadi, tapi aku yakin kerenggangan hubungan mereka telah sirna. Dan kata maaf menyirnakan segala luka.

KALBUN WA QOLBUN

0

Qalbun yang Kalbun

Qalbun dan kalbun memiliki kemiripan dalam penyebutan namun sangat jauh berbeda dalam makna.

Qalbun yang dalam bahasa Arab adalah ”qalb” berarti Hati sering pula dalam bahasa kita sebut qalbu. Seakar dengan Qalb, dikenal juga kata “qallaba-yuqallibu” yakni membolak-balikkan. Sebagaimana artinya, hati manusia bersifat berubah-ubah dan mudah dibolak-balik.

Hati adalah cerminan dari sebuah rumah. Rumah spiritual manusia. Jika kita ingin hidup tenang, maka sebuah rumah harus sakinah, tenang, bersih, dan suci. Jauh dari hal-hal berisik bahkan mungkin yang berbisik. Hati senantiasa dijaga agar bening dan hening. Tidak ada gemerisik di dalamnya. Ya, ini tentu sulit dan diperlukan tekad dan usaha yang keras untuk bisa istiqamah.
kalbun atau kalb dalam bahasa arab berarti anjing. Lantas apa hubungan anjing dengan hati?

Mungkin anda pernah mendengar atau sekedar membaca potongan sebuah Hadits yang kurang lebih bunyinya begini:

“Tidaklah masuk malaikat ke dalam rumah yang memelihara anjing di dalamnya”

Orang boleh saja menerjemahkan Hadits diatas secara harfiah. Namun sejumlah orang yang memelihara anjing penjaga atau anjing berburu akan serta-merta protes kepada kita. Sedikit banyaknya Hadits ini telah memberikan efek yang kuat bagi ummat Islam untuk tidak memelihara anjing. Termasuk banyaknya Hadits yang menjelaskan mengenai najis yang ada pada anjing. Sebenarnya memelihara anjing tidaklah dilarang dalam Islam. Adapun najisnya, kita telah diajarkan pula bagaimana cara untuk menbersihkan najis jilatan anjing yakni dengan jalan mencucinya sebanyak tujuh kali dan diselingi dengan satu kali gosokan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa suatu saat ada orang Islam yang nanti akan berurusan dengan anjing dalam pekerjaannya.

Dulu anjing sangat berguna bagi orang untuk menggembala ternak seperti kambing, kuda atau domba dsb.
Meskipun anjing memiliki prilaku yang selalu ribut, menyalak, menggonggong dan terkadang menggigit. Namun anjing adalah makhluk yang cerdas yang setia pada tuannya sehingga mudah dilatih untuk keperluan tertentu.

Di era kekinian fungsi anjing selain penjaga rumah, juga dimanfaatkan oleh aparat keamanan sebagai anjing penjaga dan anjing pelacak. Menggonggong dan menggigit jika ada tamu tak diundang. Lagi-lagi anjing dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kepentingan manusia. Jika dipikir-pikir anjing tidaklah sehina isu najisnya yang cenderung menjijikkan. Karena terkadang dia melakukan hal-hal mulia bagi manusia.
Dalam Al-qur’an ada anjing yang dimuliakan Allah SWT karena telah mendampingi sekelompok pemuda yang lari menyepi mempertahankan keyakinan mereka dari raja yang zalim pada saat itu. Dan kemudian mereka lebih dikenal sebagai “áshabul kahfi” karena mendiami sebuah gua dan ditidurkan selama tiga abad lamanya. Ada anjing masuk surga, ini memang lucu tapi ini terjadi dan pasti. Allahu wa’lam Bisshawab.

Mari kita kembali kepada hadits diatas. Jika melihat konteksnya, penulis cenderung lebih memaknainya sebagai Hadits yang bermakna kiasan.
Yakni sebagaimana sebelumnya kita ketahui bahwa hati adalah sebuah rumah. Yaitu rumah spiritual manusia dan Malaikat (energi positif, energi ruhiyah, energi Ilahiyah) tidak akan memasuki rumah (hati) jika kita memelihara anjing (yang senantiasa menggonggong, menyalak, berisik, berburuk sangka, mendengki, iri hati, dendam di dalamnya). Sehingga dapat dikatakan bahwa janganlah kita memelihara sifat-sifat anjing dalam rumah hati kita. Sifat anjing manusia adalah penyakit-penyakit hati seperti dendam, buruksangka, iri hati, dengki, dan semua penyakit-penyakit lainnya yang tidak nampak dan bersamayam dalam hati. Hati senantiasa berkecamuk, berisik dan menggonggong dari dalam hati. Jika demikian terjadi pada kita, bisa jadi Qalbun (hati) kita sudah menjadi Kalbun (anjing). Nauuzubillah minzalik!.